Selasa, 03 Januari 2012

CERPEN : PERSAHABATAN SEJATI (PART 2 "Saling Membantu")


PERSAHABATAN SEJATI (PART 2 “Saling Membantu”)

“Sahabat itu harus saling memberi bukan hanya mau diberi, dalam persahabatan saling membantu itu adalah hal yang terpenting”
Di pagi hari yang mendung semendung hatiku aku melangkahkan kaki menuju sekolah, karena hari ini pelajaran matematika dan ulangan harian aku benar-benar sebal hari ini. Aku memang cepat dan suka dalam menghitung karena ketika Sd Di Surabaya di ajarkan menghitung dengan menggunakan kecepatan otak dan tidak menggunakan alat bantu apapun. Tapi yang namanya matematika itu luas dan sangat banyak rumusnya bukan hanya menghitung tapi menggunakan logika dan sebulan lagi ujian kenaikan kelas  hari ini ujian harian aku mulai frustasi karena tidak mengerti. Sudah 4 bulan aku sekolah di sini di SMP Negri 19  yang merupakan salah satu SMP favorit di Tangerang.
“Uda belajar?” Tanya putri ketika aku duduk.
“Uda sih, tapi aku gak yakin karena pada saat belajar dirumah aku mengerti tapi saat bertemu soal rasanya aku amnesia mendadak. Kenapa matematika itu harus ada” kataku sambil cemberut.
“Aku juga nih, sepertinya otak aku lagi eror hari ini” kata Putri.
“Tiap hari kamu mah emang tiap hari otaknya eror put” Sahut Sherly dari belakang kami.
“Enak aja ! tau deh yang pinter matematika” kata putri sambil cemberut.
“Makanya belajar yang bener jangan pikirin Irfan terus. Hahaha….” Goda Sherly ke Putri.
“Ih, siapa juga yang mikirin Irfan pacar juga bukan. Dia tuh yang suka mikirin aku. Lagian kalian curang pinter matematika duduknya sebangku” kata Putri sambil mendengus kesal.
Aku dan wiwin (teman sebangku Sherly) hanya tertawa melihat mereka bertengkar. Kadang aku berpikir kenapa wiwin sepertinya tidak menyukaiku, entahlah tapi mungkin perasaan aku saja. Wiwin adalah keturunan jawa tulen dengan kulit hitam, mata belok, tubuh kurus dan tidak tinggi, gigi gingsul serta rambut sebahu.
“Uda belajar belum lan?” ada suara laki-laki dibelakangku dan ketika aku menengok itu suara Firman. Ya, kata teman-temanku dia menyukaiku sejak aku pertama masuk sekolah. Dia memiliki tubuh tinggi proporsional, kulit putih, mata coklat dan rambut cepak. Dia bintang lapangan basket dan dengan fisik seperti itu pantas saja banyak anak kelas lain yang menaruh hati padanya. Bahkan kakak kelas tiga pun pernah ada yang menembaknya. Mengejutkan bukan !.
“Uda man” Jawabku malas, entah mengapa aku tidak suka padanya dia itu bawel sekali dan pelajaran tidak ada satupun yang di kuasainya kecuali olahraga. Tong kosong nyaring bunyinya.
“Semoga bisa ya ulangannya, semangat ya Bulan” katanya sambil tersenyum, senyum yang banyak memikat hati wanita di sekolahku kecuali aku dan wanita-wanita yang mempunyai otak waras.
“Ahela, man gaya lo nyemangatin Bulan. Kayak lo bisa aja entar ulangan” Ledek Sherly.
“Sirik aja” firman menjitak Sherly sambil berlalu meninggalkanku dan kembali ke teman-temannya di belakang, ya yang namanya anak laki-laki memang suka duduk di belakang bukan.
Bunyi bel tanda masuk pun berbunyi terdengar alunan lagu daerah Anak kambing saya dari NTT. Anak-anak murid pun mulai masuk dan duduk rapih, menunggu Pak Ato sang wali kelas sekaligus guru matematika kami masuk kelas. Setelah mengucapkan salam pada Pak Ato, soal ulangan mulai di bagikan. Ulangan matematika menggunakan sistem ganjil genap, yg sebelah kanan mengerjakan soal genap dan sebelah kiri mengerjakan soal ganjil. Tentu saja, karena guru kami tidak mau ada yang menyontek maka menggunakan metode ini. Aku duduk dengan putri yang lebih parah tidak mengertinya dari pada aku, tapi walaupun dia mengerti aku tidak akan bisa menyontek karena soal kami berbeda dan aku paling tidak bisa menyontek entah kenapa ada perasaan bersalah serta takut apabila menyontek, lagi pula aku tidak ada bakat itu sejak kecil.
“Kerjakan sendiri-sendiri ya, yang ketahuan menyontek langsung bapak kasih nilai nol. Waktu kalian 60 menit” Pak Ato bicara dengan tegas.
60 menit berlalu dan kertas jawaban mulai di kumpulkan, aku lemas karena tidak yakin dengan jawabanku. Kebiasaan di kelas kami selesai ulangan langsung di periksa bersama dan di bacakan nilainya oleh si pemeriksa. Dan itu mengapa aku benci pelajaran ini.
Ketika nama-nama mulai di sebut dan di bacakan langsung oleh Pak Ato sampai akhirnya absen terakhir dan itu aku. Nilaiku 50 , rasanya dunia runtuh sangat menyedihkan. Wiwin dan Wiwit mendapat nilai tertinggi 95, itu nilai yang mendekati sempurna. Sherly dengan nilai 80 dan Putri dengan nilai 25. Ya, setidaknya ada yang lebih buruk dariku dalam matematika pikirku.
“Jadi wanita itu jangan hanya menang cantik saja tapi otaknya juga harus pintar” celetuk wiwin. Aku, Putri dan Sherly mendengar. Dan hanya bisa diam, entah kenapa aku merasa kata-kata itu tertuju untukku. Dan aku merasa jadi terpacu untuk membuktikan kalau aku bisa, walaupun aku sendiri tidak yakin kata-kata itu di tujukan padaku karena banyak yang mendapat nilai di bawah 60 di kelas.
Kata Sherly di kelas Wiwin banyak yang tidak suka karena dia sombong, iri hati dan suka merendahkan orang lain karena dia salah satu yang terpintar di kelas. Dia selalu merasa dirinya sempurna. Jadi jangan terlalu dia ambil hati.
Jam istirahat aku menemui Pak Ato, aku ingin pelajaran tambahan atau bisa di sebut dengan les. Dan Pak Ato menyetujuinya, sepulang sekolah setiap harinya dia akan mengajariku matematika aku senang sekali. Sherly juga mengajarkanku ketika di kelas, beruntungnya punya teman yang baik. Putri bersikeras tidak mau belajar karena dia malas katanya. Dan sampai akhirnya aku benar-benar mengerti matematika, ternyata itu pelajaran yang menyenangkan. Ada kebahagiaan tersendiri ketika bisa menjawabnya, aku sangat berterima kasih pada Sherly. Dan saat ujian kenaikan kelas aku sangat percaya diri karena di bantu belajar oleh Sherly dan Putri juga.
Dan benar saja ketika rapot di bagikan aku mendapat peringkat 10, Sherly peringkat 3. Putri tidak mendapat peringkat, karena dia tidak mau belajar serius dan tentu saja peringkat 1 dan 2, masih ditempati oleh Wiwit dan Wiwin. Walaupun begitu aku senang sekali…
 
“Yang memalukan bukanlah orang yang memiliki kekurangan, tapi yang memalukan adalah orang yang memiliki kekurangan tapi tidak menyadarinya” ~PEPATAH


Karangan Sendiri : Yana Wulandari



Tidak ada komentar:

Posting Komentar